By: Lein Airie
Status : OnGoing
Tiga : Gadis yang Numpang Tinggal di Tempatku Ternyata Hime-sama
Tiga : Gadis yang Numpang Tinggal di Tempatku Ternyata Hime-sama
Hari menjelang sore saat keduanya tengah bersantai di ruang tengah. Putri dengan wajah bosannya dan Misa yang terlihat tersiksa. 'Aigo! Aigo! Aigo! Kenapa bisa gue berakhir kayak gini? Just spare me already!' batin Misa miris."Ngomong-ngomong Putri, mau sampai kapan kamu memakai bajuku?" tanya si pemuda saat mereka sedang menonton tv.
"Hmmm." responnya sambil menghisap permen lolipop. Sudut siku-siku mumcul dipelipis pemuda.
"Oy! Respon macam apa itu?! Ah, sudahlah. Yang lebih penting, bisakah kau menyingkir dari tubuhku?" pintanya tak nyaman. Bagaimana tidak, saat ini si gadis tengah duduk bersandar pada dada bidangnya.
"Eh! Kenapa?" protesnya sambil mendongak, mereka saling tatap. "Bukankah impian setiap cowok itu bisa merasakan kontak fisik sebanyak mungkin dengan lawan jenisnya?" tanya si gadis watados. "Ah! Atau jangan-jangan Misa lebih suka sesama jenis?" ia menatap pemuda itu penuh pengertian. "Tak apa Misa, kamu gak usah sungkan mengakuinya aku tidak akan menggunjingmu. Beberapa klienku juga tidak sedikit yang penyuka sesama jenis, jadi Misa gak sendirian. Apa perlu aku kenalkan padamu?" si gadis berbalik badan, tangannya bertumpu pada pundak si pemuda. wajah mereka sangat dekat, terlalu dekat sampai keduanya bisa merasakan nafas mereka pada wajah masing-masing. 'SOS! SOS! SOS!' panik si pemuda dalam kepalanya. Wajahnya sangat memerah bagai kepiting rebus dalam air yang menggolak. 'Wajahnya dekat sekali! Sangat dekat! Terlalu dekat! Kami terlalu dekat!' ingin ia mengalihkan matanya tapi tak bisa saat manik chinnamon menatapnya sangat intens. 'Gawat! Jika terus begini, bisa-bisa bibirku... Tidak! Tidak! Tidak! Aku tak boleh membiarkannya!' batinnya semakin panik. 'Oy! Oy! Oy! Yang bener aja! Ngapain kamu merem segala?! Jangan becanda!' si pemuda semakin tak berdaya saat gadis itu mengeliminasi jarak mereka, entah sejak kapan si pemuda memejamkan mata. 'Seseorang! Tolong selamatkan keperawanan bibirku!' pinta si pemuda saat bibir sang gadis hampir sedikit lagi menyentuh bibirnya.
"Misa!" panggil seseorang dari depan pintu mengintrupsi membuat keduanya terlonjak, refleks si pemuda membenturkan kening mereka dan mendorong remaja itu menjauh. Jantungnya sepuluh kali bekerja lebih cepat. Ia buru-buru meninggalkan si gadis yang mematung, wajah syoknya sangat tidak elit. 'Apa-apaan dia itu! Berani-beraninya mendorong seorang gadis sekencang tadi! Kasar sekali.' si gadis mengusap bagian tubuh yang sakit. 'Padahal aku hanya ingin menggodanya, tapi reaksinya gemesin banget. He's so cute!' pikirnya sambil tersenyum sendiri. "Oy Misa! Lu di dalemkan?" Lagi, suara Dari luar terdengar. 'Siapapun yang udah ngintrupsi, Ku ucapkan terima kasih yang sebesar-sebarnya. Terima kasih sudah menyelamatkanku dari gadis itu. My virginity in danger!' batinnya bergidik.
"Iya iya, ini lagi OTW!" responnya. Saat ia membuka pintu, tubuhnya membeku. Di depannya tengah berdiri seorang laki-laki tengah baya dengan seragam pelayan yang terlihat mahal dan elegan.
"Maaf sudah mengganggu waktu anda, tuan Misa." ucapnya sopan sedikit menunduk. "Kedatangan saya kemari tidak lain dan tidak bukan untuk mengantarkan barang-barang nona muda yang diperlukan." konfirnya dengan beberapa tumpukan kotak ukuran sedang diatas troli.
"O-oh." responnya. Ia terlalu terkejut sampai tak tau harus merespon apa. Selang beberapa menit, seorang gadis remaja menghampiri mereka yang berkumpul di depan pintu.
"Misa lama! Memangnya siap-" ucapannya terpotong, ia sedikit berlari menghampiri sosok yang sudah lama tak ia temui. "Paman Tehra!" panggilnya bahagia sambil memeluknya sayang.
"Nona muda." ia membalas pelukan hangat itu. Sedangkan ke dua pria yang melihat adegan itu terbengong ria. Yang satu menatap si gadis tak percaya dan yang lain menatap penuh kagum karena si gadis memakai kaos kebesaran milik Misa yang mencapai paha mulusnya.
"Paman Tehra, aku sangat merindukanmu. Kapan paman kembali? Bukankah paman sudah dipindahkan ke rumah utama? Mereka tidak akan semudah itu membiarkan orang kepercayaan berkeliaran seperti ini. Jadi, siapa?"
"Tuan muda Ray dan tuan muda Leon yang memerintahkan saya langsung jadi tidak ada yang dapat menolak."
"Sudah ku duga." ia menolehkan kepala. "Mereka berdua... Hanya karena ibuku pernah mengasuh mereka bukan berarti mereka harus melakukan sampai sejauh ini, terlebih untuk mantan peliharaan sepertiku."
"Nona muda!" mereka terlonjak mendengar suara si pelayan yang naik beberapa oktaf, ia terdengar marah. "Ah, maaf atas kelancangan saya." maafnya. "Tidak sepantasnya nona muda berkata seperti itu. Jika tuan muda Ray dan tuan muda Leon mendengar, mereka akan bersedih!" si pelayan memegang kedua pundak kecil itu lembut. "Nona muda, kedua kakak anda tulus menyayangimu. Mereka melakukan sejauh ini murni sebagai kakak yang peduli pada adik perempuannya bukan karena rasa simpati ataupun rasa bersalah yang menimpa ibu anda. Bukankah nona muda yang lebih mengetahui?" pelayan itu tersenyum lembut. "Ah, maafkan saya nona muda, tapi saya tidak bisa berlama-lama. Tuan muda Ray dan tuan muda Leon sedang menunggu kabar dari saya. Saya tidak boleh membiarkan kedua kakak anda menunggu lebih lama."
"O-oh. Baiklah jika begitu," si pelayan meraih saku bajunya dan menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang dibalut bungkus kado dan didekor manis dan beberapa amplop warna warni.
"Maaf atas keterlambatan saya sebelumnya. Selamat ulang tahun nona muda, saya harap nona muda selalu sehat dan dapat menjalani hidup yang anda inginkan."
"Paman Tehra, paman tidak perlu memberiku kado segala aku gak bisa menerima ini."
"Tapi, ini adalah milik anda, nona muda Putri. Saya hanya mengembalikan apa yang sudah dititipkan pada saya."
"Maksud paman?"
"Sebelum ibunda anda meninggalkan kediaman Azure, diam-diam beliau membuat surat-surat itu dan menitipkannya pada tuan muda Ray dan tuan muda Leon. Sedangkan untuk kadonya, beliau sendiri yang membuatnya saat beliau mengandung anda. Dengan ini, janji tuan muda Ray dan tuan muda Leon pada ibunda anda sudah terpenuhi dengan saya sebagai saksinya. Maafkan saya nona muda, saya tidak bisa memberitahu anda lebih dari ini. Tugas saya disini sudah selesai, jika begitu saya pamit undur diri." ia membungkuk hormat, dan pergi begitu saja. Selang beberapa menit, si remaja itu menatap benda di tangannya dan menghela nafas. Lalu mengalihkan pandangan pada kedua pemuda yang masih mematung.
"Misa!" panggilnya ceria sambil mendekatinya. "Misa?" ia semakin mendekat menghiraukan si empu nama yang sudah berkeringat dingin. "Misa!"
"O-ooh?" remaja itu tersenyum miring.
"Misa, bersediakah kamu membawa masuk barang-barangku?" pintanya manis, sangat memanipulasi. Pemuda itu hanya bisa mengangguk, ia tak bisa tak terhipnotis oleh pesona yang dimiliki si remaja tak peduli sudah sebanyak apapun melihatnya. Ia lalu menatap pemuda asing memohon. "Aku mungkin tidak mengenalmu, tapi maukah kamu membantu kami? Aku akan sangat berterimakasih jika kamu meminjamkan sedikit tenagamu untukku." ia memasang wajah semanis mungkin.
"Aku akan membantu sebanyak yang aku bisa!" responnya tiba-tiba semangat.
"Terima kasih. Mohon bantuannya!" ia lalu melesat ke dalam. Sedangkan kedua pemuda yang baru sadar menjadi pelayan dadakan menghela nafas, mungkin hanya satu orang yang melakukannya.
"Lagi-lagi aku diperdaya olehnya." keluhnya dan mulai mengangkat dua kardus.
"Sialan lu Misa! Bisa-bisanya lu ngebawa pulang cewek, mana yang ekstraordinary lagi. Lu bayar dia berapa sampe mau tinggal bareng gitu?" setelahnya ia merasakan sakit pada kakinya. "Adaw!" ia merintih. "Asshole!" umpatnya.
"Kalo lu masih sayang nyawa, mending lu menjauh darinya. Lagipula, dia masih SMA." merekapun selesai dan tengah terduduk santai di di ruang tengah. Si remaja menghampiri mereka dengan nampan di bawanya. Ia meletakkan teko kecil bermotif imut yang berisi teh dan dua cangkir yang terlihat mahal, tak lupa kue kering pendamping.
"Um, Putri. Seingatku, aku tidak pernah memiliki teko dan cangkir seimut ini, terlebih yang terlihat mahal begini."
"Oh, ini milikku. Ah, tak perlu khawatir. Ini milikku pribadi. Aku mendapatkannya sebagai ucapan terima sepasang suami istri yang tak sengaja aku bantu. Karena toko mereka yang kecil dan terpojok menarik perhatianku. Saat aku melihat-lihat, tanpa sadar aku terpukau kagum. Setiap desain teko dan cangkir yang mereka buat sangat memikat mata dan memiliki ciri khas yang belum pernah aku temui dimanapun. Sayangnya, mereka ingin menutup toko segera mungkin. Jika barang-barang itu tak terjual setelah sebulan penuh, mereka akan memberikan pada siapapun yang menginginkan. Aku yang merasa sayang, akhirnya memotret dan memajangnya di situs lelang. Setelah hampir seminggu penyeleksian, akhirnya lima puluh set terjual dengan keuntungan hampir delapan puluh sembilan persen." ia terdengar sangat bangga. "Tapi, kurasa itu memang harga yang pantas untuk barang antik."
"Jadi, kalo di kalkulasiin, nih teko sama cangkir kira-kira berapa?"
"Owh, ini. Hm, entahlah."
"Entahlah?"
"Ya, entahlah. Inikah hanya tiruannya. Kalo pecah ya tinggal buat lagi, simple bukan?"
"Tapi katanya ini hadiah?"
"Owh, yang kumaksud hadiah itu teknik membuatnya, dan ini yang paling simple. Mereka mengajarkan sampai aku mahir. Bisa belajar sesuatu yang baru dan bisa mengusai sampai sembilan puluh sembilan persen bagiku lebih berarti dibandingkan apapun."
"O-ooh." hanya itu yang bisa mereka katakan.
"Misa, pakaian dan keperluan sekolahku ditaruh dimana?"
"Kamar."
"Ok!" setelahnya ia berdiri dan meninggalkan mereka, lagi.
"HAAAAAAAH?!" ia menoleh terlalu cepat sampai lehernya terasa sakit namun tak ia pedulikan. "KALIAN TIDUR SERANJANG? GUE GAK PERCAYA INI! DASAR PENGHIANAT! BISA-BISANYA LU DULUAN YANG TIDUR BARENG CEWEK! NOOOOOOO!" ucapnya lebay bin alay.
"Biasa aja kali, gak usah lebay! Kita cuman tidur gak lebih. Lagian gue gak sebejat itu sampe berani nyentuh anak orang terlebih masih siswi SMA. Gue ini bukan elu yang tiap menit bisanya cuman fap fap doang. Sebagai seorang feminis, gue lebih menghormati perempuan dari siapapun."
"Ah, maaf. Gue lupa kalo lu nafsunya sama anak kecil doang." ia menatap lawan bicaranya simpati.
"Apa-apaan tatapan itu?! Berhenti menatapku seperti itu! Dasar penggila milf!"
"Hah? Apa lu bilang? Emamgnya kenapa kalo gue suka milf? Milf itu pengalamannya banyak. Jangan remehkan Milf!" deklarnya berapi-api.
"Kenapa tiba-tiba lu yang semangat? Dasar gila!"
"Yang gila itu lu Misa! Ngebawa pulang siswi SMA, tidur satu kasur, sampe tinggal bareng. Kalo bu kos sampe tau, lu bisa-bisa di usir."
"Sejak kapan bu kos peduli hal kecil gitu? Asalkan kita bayar tepat waktu, dia bakal diem."
"Tau darimana lu?"
"Kak Denu yang tinggal dilantai tiga bisa tinggal sama pacarnya, dan bu kos setuju-tuju aja tuh."
"Mereka emang pacaran, tapikan status mereka udah menikah geblek!"
"Eh? Masa? Sejak kapan? Kok gue baru tau?"
"Lu makanya jadi orang jangan terlalu cuek napa!"
"Ah! Mbak Rini sama Mbak Inu pasangan lesbi. Tapi gak ada yang protes tuh."
"Tau dari mana lu?!"
"Mereka gak sengaja kepergok sama gue pas lagi made out di LGBT pub." ia menatap Misa bodoh.
"Gue lebih syok kenapa lu bisa ada disana dibanding ngendenger seksual mereka. Jangam bilang kalo sebenernya su-"
"Jangan salah paham! Gue itu feminis bukan gay!"
"Terah lu dah. Terus kenapa lu bisa ada disana?"
"Gue kalah pas main batsu game."
"Hah? Apaan itu?"
"Game yang lagi buming di jurusan gue. Lu kan tau sendiri, hampir lima puluh persen penghuninya otaku."
"O-oh. Gue turut berduka,"
"Sialan lu!"
PojokCuap: Fiuh!(elapkeringat) akhirnya setelah kian lama kena WB akhirnya Lei bi dapet pencerahan dan update. Lei minta maaf kalo chapter kali ini terasa garing atau kurang menarik. Lei harap kalian masih setia ngikutin nih story abal.
Chao🙋
Komentar
Posting Komentar