Azure chapter 8


Warning!!! Typo bertebaran!!!



Azure

By:LeinAirie


Chapter 8 : Really?¿?


Setelah kehebohan |Sebelas「α」| pas jam istirahat itu, para murid langsung melupakan kejadian itu dan berlaku seolah tidak pernah terjadi. Kegiatan belajar-mengajar berlangsung seperti biasa. Dari sekian murid, hanya satu yang terlihat bosan, sama sekali tak tertarik. Siswi itu bername tag Putri Azure. Dengan menopang pipi ia melihat ke arah depan.

"Siswi bernama Putri Azure diharap ke ruang BP!" Panggil seorang siswa yang tengah berdiri di depan papan tulis lantang, sentak membuat si empu nama menghela nafas. 'sudah ku duga!' lirih Putri dalam hati. Tanpa di bilang dua kali gadis itu beranjak dari kursinya. Setelah berjalan sepuluh menit, akhirnya gadis itu berdiri di depan ruang BP. 'Males banget rasanya...' batin si gadis nelangsa menatap pintu di hadapannya. "Haa... Mau gimana lagi, udah terlanjur." Murmurnya, ia lalu mengetuk pintu.

"Silahkan masuk." Respon seseorang dari balik pintu terdengar antusias. 'geh! Denger suaranya aja udah bikin kesel. Merepotkan.'

"Saya masuk." Respon si gadis monoton sambil memasuki ruangan. "Jadi, kenapa saya di panggil kemari?" Tanya si gadis to the point. 

"Putri... Oh Putri... Masih saja blak-blakan. Hm... Hm..." Komen si wanita berpakaian formal itu. "Kenapa ga duduk dulu saja." Imbuhnya. Gadis itu duduk dengan raut wajah masam. "Ufufu... Jangan menunjukan ekspresi itu, saya tidak pernah memanggilmu karena iseng." Goda si wanita namun tak direspon. "Putri, ku dengar kamu udah lima hari ga masuk tanpa keterangan minggu lalu." Tanya si wanita serius. Sekejap sang gadis membeku beberapa detik, melihat reaksi yang jarang itu si wanita menyeringai puas. "Jadi, bisakah kamu beritahu ibu alasannya?" 'ugh! Walaupun sudah ku duga akan begini... Tetep aja rasanya menyebalkan.' pikir si gadis dalam hati.

"Saya tidak bisa memberitahukannya, itu urusan keluarga." Jawabnya. Wanita itu nampak kecewa.

"Putri, meski kondisi keluargamu itu complicated, ibu tetap ingin membantu. Jadi bisakah lebih detail?" Remaja itu tersenyum meremehkan.

"Untuk apa? Toh percuman juga. Ibu ga akan pernah ngerti ujungnya. Lupain aja deh, lagian semuanya udah berakhir." Murmurnya diakhir. Karena ia menunduk, gadis itu tidak melihat ekspresi si wanita yang menatapnya prihatin.

"Putri..." Gadis itu menyembunyikan senyum usilnya.

"Kalo ibu ngerasa simpati denganku, beritahu aku caranya masuk kelas reguler." Titahnya sama sekali ga sopan. Si wanita tersenyum kosong setelah mendengar ungkapannya.

"Dari sekian banyak murid yang pernah curhat padaku, belum pernah ku mendapati yang seperti ini." Jujurnya. Senyum bak rubah itu tercetak indah di bibir manis si wanita. "Sebelum itu, beritahu alasanmu lebih dulu, jika cukup membuatku tertarik, dengan senang hati aku akan memberitahumu." Ujarnya menantang. 'Aigo! Sifat aslinya muncul juga... Merepotkan!' pikirnya lelah.

"Pertama, aku sudah bukan lagi seorang Azure. Kedua, aku ingin merasakan kehidupan murid normal kebanyakan. Terakhir, aku sangat iri dengan murid kelas reguler!" Jujurnya dari lubuk hati terdalam.

"Ufufufu... Begitu rupanya. Boring sekali!" Komen si wanita nampak terhibur. "Baiklah karena Putri adalah muridku yang menggemaskan dengan senang hati akan ku beritahu." Ia mengisyaratkan agar gadis itu mendekat. "Ini rahasia kita berdua ok? Jangan beritahu siapapun!" Dalihnya menjebak si gadis.

"Jadi, apa rahasianya?" Tanya remaja itu antusias.

"Kau hanya perlu bermalas-malasan! Jika nilaimu berangsur turun dan rankingmu merosot, kelas reguler sudah pasti memilihmu!" Deklar si wanita membara.

"Ouwh!" Respon si gadis tak kalah semangat. Dengan mata berbinar ia menatap si wanita layaknya pahlawan.

"Satu hal yang paling penting dan yang sangat fatal! Inget baik-baik! Kamu harus mengingatnya!" Awas si wanita serius. "Kamu haruslah seperti orang yang frustasi dan terbebani. Murid normal pastilah akan merasa tertekan jika terlalu banyak belajar dan ujian yang diatas wajar, itu sebabnya murid kelas reguler ga banyak yang bisa bertahan dan memilih kembali." Terangnya. Remaja itu mengangguk paham. "Tapi jangan sampai ketauan disengaja ok? Bisa-bisa kamu bakal di black list dari kelas reguler." Ingatnya serius.

"Aku akan mengingatnya!" Janji si gadis sungguh-sungguh.

"Baguslah!" 

"Kalo dipikir ulang, bu guru ternyata cukup berbakat ya..."

"Oi, apa maksudnya?"

"Bikin orang sesat gitu. Untung aja di sekolah ini cuman ada satu yang kayak bu guru." Ungkapnya, sukses buat si wanita kesal.


Komentar