Azure : chapter 2


Azure

By: Lein Airie
Status: OnGoing

Dua : A Little Bit Secret Revealed


Di atas sebuah kasur berukuran medium itu terdapat dua insan berbeda gender tengah berbaring. Salah satu dari mereka terlihat menyamankan diri dengan semakin merapat pada 'teman tidur'nya.

'Mmmm... Apa ini? Lembutnya...' perasaan nyaman itu membuatnya semakin mendekat. 'Harumnya...' 

"Oy om mesum, mau sampai kapan membenamkan wajahmu pada payudaraku?" ucapan dingin itu membuatnya membuka mata lebar, lalu mengerjap-ngerjap, ia masih setengah sadar. "Kemu membuatku geli." ucap si gadis saat pria itu tanpa sadar menggeleng kepalanya.

"Eh?" hanya kata itu yang bisa ia ucap. Rasa kantuknya langsung hilang setelah ia menyadari posisi mereka yang bisa dibilang intim itu. "Eeeehhh!!!" ia refleks menjauhkan diri. Karena terlalu syok ia sampai terjatuh dari kasur. "A-a-apa yang kamu lakukan di kasurku?" ia bangkit dan menunjuk si gadis sopan, menghiraukan rasa sakit pada tubuhnya yang menghantam lantai cukup keras karena terlalu terkejut. "Se-sejak kapan kamu menerobos masuk ke kamarku?!" wajahnya memerah hampir berasap. Sedang yang ditunjuk dengan santai mengubah posisinya. Ia terduduk diatas kasur, bajunya yang kebesaran menampakkan leher dan sebagian bahunya yang seputih susu, surai peachnya yang panjang itu tergeletak indah dan nampak berkilau tertempa cahaya matahari pagi, paha mulusnya yang tak tertutup itu sangat menggugah mata, membuat si pemuda kehilangan kata-kata dan hanya bisa menatap sosok di atas kasurnya tanpa berkedip. 'Bagaimana bisa seseorang terlihat sangat sexy saat baru bangun tidur? Juga terlihat innocent disaat yang sama? Gadis ini berbahaya, sangat berbahaya untuk kelangsungan hidupku!'

"Misa?" ucap suara lembut itu namun tak di respon si empu nama. Alis si gadis mengkerut sesaat, tak lama bibir mungilnya menyeringai jahil, dengan perlahan si gadis merangkak mendekat dan terkesan menggoda. Kedua iris saffron itu langsung tertarik pada belahan dada yang sedikit terekpos. Ia meneguk ludah susah payah. Wajahnya semakin memerah sampai menjalar dari leher sampai telinga. Alarm peringatan menyala dalam kepalanya. "Misa?" belum pernah namanya terdengar sangat indah saat diucapkan. Suara si gadis terlalu memabukkan. "MISA!" ia sedikit terlonjak, akhirnya ia menatap si gadis. "Aku sudah memanggilmu tiga kali, tapi tak kamu respon. Kepalamu pasti sedang berpikir kotor! Tak bisa dipercaya!" hancur sudah harga diri si pemuda, dengan seenaknya gadis itu menuduh ia yang bukan-bukan. Impac yang diberikan si gadis membuat nyawa nya melayang. Tanpa disadari, seringai jahil kembali menghiasi bibir plum si gadis yang beranjak dari kasur lalu keluar kamar, meninggalkan seorang pemuda yang mematung. Saat sang gadis tak lagi dalam pandangan kesadaran si pemuda kembali. Ia merutuki kejahilan remaja ababil itu. 

"Seenaknya saja dia menyalahkanku!" ia menghela nafas berat. Paginya yang damai itu kini sudah hancur. "Harusnya aku yang protes disini! Kan dia duluan yang memulai! Sial! Belum juga sejam aku bersamanya, kepalaku sudah pening begini. Tuhan, tolong kuatkanlah hambamu ini." setelah puas merengut pemuda itu ikut keluar kamar. Untung saja hari ini weekend, jadi ia bisa bersantai dan bermalas-malasan sepuasnya.

"Misa! Aku lapar." ucap seseorang yang berada di konter dapur. 'Atau mungkin tidak.' batin si pemuda miris. Ia menghampiri si remaja yang bersedekap dada nampak kesal.

"Tsk, masak saja sendiri." ucap Misa, dengan malas mendekat. Ia pun mengambil gelas dan menuangkan air dari teko yang terletak diantara rak piring dan mejikom.

"Di lemari dan kulkas mu tak ada apa-apanya! Menyedihkan!"

"Ya ya ya. Protes saja sesukamu, toh gak akan mengubah kenyataan." ia kemudian meletakan gelas bekasnya minum.

"Kamu sungguh tuan rumah yang kasar. Melayani tamu saja tak becus." insult nya.

"Kamu ngajak berantem?"

"Tidak, aku hanya membicarakan fakta." sudut siku-siku muncul di pelipisnya.

"Dan kamu tamu yang tak tau diuntung!" gadis itu sudah ada di depannya.

"Jika begitu, belilah sesuatu untuk dimakan!"

"Jika aku punya uang sudah ku lakukan dari kemarin-marin, ampun dah!"

"Oh!" setelah ber oh ria si gadis kembali ke kamar. Ia meraih tas gandongnya, setelah menemukan apa yang ia cari, remaja itu kembali ke dapur dan mendekati si pemuda lalu memberikan uang kertas senilai lima puluh ribu sebanyak dua lembar. "Apa segini cukup?" tanya nya watados. Mata pemuda itu terbelalak saking kagetnya.

"Oy oy oy! Darimana kamu dapatkan uang itu?!" ia menatap horor si gadis. "Jangan bilang uang itu hasil menjual di-" ucapannya terhenti tergantikan dengan rasa sakit luar biasa pada kepalanya. 'Beraninya dia menjitak kepalaku!'

"Jangan seenaknya kamu berbicara! Semalamkan sudah ku beritahu jika aku ini masih perawan. Lagipula, uang ini aku dapatkan dari mereka yang menginginkan informasi." ucapnya sombong.

"O-oh. Jika begitu aku akan ke minimarket terdekat. Kamu ingin apa?"

"Aku ingin minuman bersoda rendah gula, permen merk Holypop, coklat putih, dan eskrim vanilla late."

"Kamu tau, aku jadi sedikit mengkhawatirkan gula darahmu setelah mendengar pesanan itu. Tapi terserahlah. Ini kan uangmu, aku pergi."

"Ya, hati-hati." setelah lima belas menit berjalan, ia akhirnya sampai di mini market dan mencari pesanan si gadis lalu membeli makanan padat. Untungnya saat ini masih sepi, ia tak perlu mengantri. Iapun membawa barang yang akan dibeli menuju kasir. Setelah membayar Misa pun keluar. 'Haah, padahal masih pagi, tapi kok udah panas ya?' keluhnya di sepanjang perjalanan. Sementara itu si gadis yang bosan menunggu memutuskan mengecek laptop dan hpnya yang belum ia sentuh hampir seharian penuh. Saat hp nya diaktifkan, banyak pemberitahuan yang masuk membanjiri. Lima puluh email masuk, tiga puluh pesan dan dua puluh inbox facebook. 

"Uwaah, baru sehari saja sudah sebanyak ini, apalagi tidak aktif tiga hari. Mereka tak berguna!" tangan lentik itu dengan lincah membalas email-email yang menyangkut pekerjaan. Namun terhenti oleh satu email baru, pengirimnya tak di ketahui dan alamatnya tak tercantum.


To: SilverMoon
From: unknow
Subjeck: none

Salam kenal Silvermoon. Kami adalah sebuah agensi yang merekrut orang-orang berbakat seperti anda. Apakah anda tertarik bergabung dengan kami? Kami dapat menjamin identitas anda tetap rahasia jika anda menjadi bagian dari organisasi kami. Kami harap anda memikirkannya dengan matang. Kami akan menunggu jawaban anda setelah tiga hari. Jika begitu kami undur diri. Semoga harimu menyenangkan Azure Putri,

Ekspresi si gadis terlihat kesal. "Hee, jadi mereka masih belum menyerah juga ya? Tsk, merepotkan saja. Mengancam juga tak ada gunanya, jangan remehkan Azure Family." tangannya dengan cekatan mengetik kode-kode yang hanya ia tahu, saat kode rumit itu selesai, sebuah sosok hologram muncul di layar handphonenya.

"Selamat datang kembali, Azure-sama." ucap si hologram berbentuk chibi girl dengan telinga dan tiga ekor serigala perak.

"Ya."

"Apa yang Azure-sama inginkan dariku?"

"Tidak ada, aku hanya ingin melihatmu. Aaahh!!! My Wolfie semakin imut saja..." ucapnya fangirl. Yang di puji merona pink.

"Te-terimaksih Azure-sama. To-tolong hentikan pujianmu, Azure-sama membuatku malu."

"Kyaaaa!!! Wolfie! Kamu memang moodbosterku. Terima kasih,"

"Wolfie sangat bahagia bisa berguna untuk Azure-sama. Yang seharusnya berterima kasih adalah Wolfie Azure-sama. Terimakasih sudah menciptakan Wolfie sampai bisa seperti ini. Azure-sama daisuki."

"Ya, akupun menyukai Wolfie. Kamu sudah boleh tidur, maaf sudah membangunkanmu."

"Azure-sama tidak perlu meminta maaf, wolfie senang Azure-sama memanggilku. Jika begitu, wolfie pamit undur di...ri..." si gadis pun tersenyum bahagia. Ia kembali memainkan hpnya. Ia kembali memasukan nomor-nomor acak yang tertara pada layar hp. Setelah cukup lama, akhirnya sebuah alamat email yang muncul. "Gotcha." ia mengkopi dan mempastenya.

To: unknow
From: Lavender Orbs.
Subject: penolakan.

Salam kenal kembali. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih sudah repot-repot mengundang saya. Tapi dengan berat hati saya harus menolak ajakan anda. Saya sudah tidak berurusan lagi dengan dunia kalian. Kontrak saya dengan dunia itu sudah berakhir dua puluh empat jam yang lalu, dan saya tidak mau lagi terlibat. Untuk apa saya kembali mengekang leher saya dengan rantai jika akhirnya saya sudah bebas? Yang pastinya bukan diriku. Perlu anda tahu, saya bukan lagi informan Azure family, sekarang saya hanya seorang macthmaker. Tapi, jika anda menginginkan informasi orang yang anda suka/tertarik/yang sedang anda dekati, dengan senang hati saya layani.

Salam saya

Lavender Orbs.

Ponselnya kembali bergetar setelah pemberitahuan email terkirim.

From: unknow
For: SilverMoon.

Seperti yang diharapkan dari anda. Tak butuh waktu lama untuk menemukan kami, sungguh hebat. Tapi sayang sekali, padahal kami sangat berharap anda bisa bergabung. Kami merasa kecewa. Dengan begitu, kami tak bisa menjamin jika identitas asli anda terbongkar pada publik.
Kami harap anda sudah siap.

"Ckh, lagi-lagi ancaman itu, percuma saja karena Azure Family akan mengatasinya sebelum tersebar." ia menyeringai. "Selama si duo jenius berbakat itu masih hidup, kalian tidak akan bisa berkutik olehnya."

To: unknow
From: Lavender Orbs.

Silahkan saja kalian beberkan identitasku, saya tak keberatan. Lagipula, silvermoon sudah mati! Sekarang saya hanya seorang siswi SMA biasa yang hoby menjodohkan orang. Menjadi biro jodoh seribu kali lebih menyenangkan dibandingkan saat saya masih seorang informan.
Sebelum saya mengakhiri, lebih baik kalian berhenti saja sebelum menjadi babi percobaan di tangan mereka. Ku dengar anak pertama dan ketiga Azure Family dikenal sangat jenius dan berbakat, karena perpedaan jauh itu mereka sampai dicap gila oleh keluarga sendiri. Rumor bilang mereka amat sangat mencintai daging dan darah, terutama yang masih segar seperti kalian. Jadi, berhati-hatilah. Semoga tuhan memberi kalian perlindungan.

Ah, maaf, apa saya belum bilang jika mereka berdua selain psikopat juga dikenal siscon akut? Gawat, mereka pasti sudah melacak emailku. Cepat-cepatlah bersembunyi sebelum mereka menandaimu. Semoga kalian bisa bertemu hari esok.

Salam saya
Lavender Orbs.

Email itu sudah terkirim lima menit yang lalu, tapi tak kunjung ada balasan. Merasa puas, ia menaruh hpnya dan melihat jam.
"Misa lama sekali." keluhnya. "Eskrimku pasti sudah mencair." baru saja ia berkata, pintu itu terbuka lebar. Disana seorang pemuda berdiri dengan plastik belanjaan di tangannya. "Kamu lama!" ia mendekat dan mengambil eskrimnya. Dengan wajah tanpa dosa ia memakannya di depan si pemuda yang cukup berkeringat.

"Oh bagus ya! Aku yang belanja, panas-panasan sampe berkeringat gini tak kamu hargai. Etika anak jaman sekarang buruk sekali." jengah si pemuda.

"Ehehe, maaf... Maaf... Kamu lama banget sih." ia menyodorkan eskrimnya yang diberi tatapan gak percaya.

"Tidak, terima kasih. Habiskan saja sendiri,"

"Eeehh? Kenapa? Harusnya kamu bersyukur aku mau berbagi denganmu! Jangan sia-siakan kebaikanku!" gadis itu menatapnya penuh harap. Tak bisa mengelak, ia akhirnya meyerah dan memakan eskrim itu dan menuju dapur. Saat sampai, ia menyenderkan badannya pada tembok terdekat. Tangannya memegang bibir refleks.
'Ci-ci-ciuman tak langsung!' batinnya eror. Wajahnya kembali memerah hampir berasap. 'Astaga! Baru sebentar saja dia tinggal dengannya, rasanya sudah tak sanggup.' si pemuda kembali membatin. Saat dirasa kerasionalannya kembali, ia beranjak. Lalu menaruh kantong belanjaan keatas meja dan menata barang yang sudah dibelinya. Tak berapa saat, derap langkah seseorang terdengar, tanpa menolehpun Misa sudah tau jika remaja itu menghampirinya.

"Misa! Kita sarapan apa? Aku sudah kelaparan." ia bertanya antusia. Yang dipanggil berhenti bergerak, ia berbalik menghadap si gadis.

"Untuk ukuran gadis SMA, makanmu lebih berantakan dari anak TK." ia memberikan tisu basah pada si gadis yang terdiam. "Pipimu ada noda eskrim."

"Tolong bersihkan karena aku tidak bisa melihatnya."

"Bersihkan saja sendiri! Lihat, disana ada cermin." ia mendekati si pemuda dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang itu.

"Tidak mau!" tanpa sadar meremat ujung bajunya. "Ku mohon, jangan bersikap dingin padaku!" tubuhnya sedikit bergetar. "Aku akan menuruti perkataanmu, jadi tolong! Jangan buang aku pada mereka lagi jika tidak mereka akan merantai leherku kembali. Aku tak ingin kembali ke rumah itu, mereka bukan keluargaku! Aku hanya anak seorang pelayan wanita yang tak sengaja orang itu hamili. Mereka membiarkanku hidup sebagai peliharan yang berguna bagi bisnis kotor mereka. Setelah belasan tahun hidup sebagai peliharaaan, mantan majikanku akhirnya bersedia melepaskan kekangan di ulang tahunku yang ke tujuh belas kemarin." gadis itu mulai terisak, suaranya menyayat hati. "Ia akan benar-benar membebaskanku jika aku bisa bertahan di dunia luar selama tiga bulan dengan usahaku sendiri." pemuda itu bisa merasakan bajunya yang basah karena si gadis. "Tolong, jangan rebut kebebasan yang selama ini aku dambakan." setelahnya hanya tangis si gadis yang menggema di ruangan itu. 'Bagus Misa! Sekarang kamu sudah berususan dengan sesuatu yang lebih merepotkan daripada bu kosan yang nagih uang tiap bulannya. Seengaknya keluarga ku tak serumit dirinnya. Ahaha, ironis.' pemuda itu mendekap si gadis lembut yang membuatnya semakin menangis. Tangannya mengusap punggung kecil itu sayang berulang.

"Cup...cup...cup..." ulangnya bagai kaset rusat. "Sudah, sudah, semuanya akan baik-baik saja. Aku tidak akan membuangmu dan tidak akan mengembalikanmu pada mereka. Jadi kamu tenang saja. Aku berjanji. Kamu boleh tinggal selama yang kamu mau, aku tidak akan keberatan. Jadi, tidak ada lagi yang perlu kamu cemaskan." janji si pemuda mantap.



Komentar