my first story


      Ding...dong...ding...dong... Bel istirahat makan siang berbunyi, Para siswa berbondong-bondong pergi ke kantin. Ada juga beberapa yang tetap di kelas. Mereka berkumpul sambil membawa bekal masing-masing dan makan bersama. Itulah pemandangan yang terlihat saat melintasi kelas-kelas. Namun ada yang sedikit berbeda saat melintasi kelas XI Sains 3. Diantara kerumunan tersebut, ada seorang siswa yang tidak ikut bergabung, ia duduk sendirian di pojok paling belakang dekat jendela. "Hei Irsyad! Ayo gabung sini!" ajak seorang siswa yang diketahui bernama Naru. "Makasih dah ngajak, tapi aku mau makan di luar aja deh. Aku pergi dulu ya temen-temen," ucap Irsyad menolak halus, sambil membawa bekal buatan sendiri. Iapun berjalan keluar menuju tempat favoritnya saat makan siang, yaitu taman belakang sekolah.
     Saat ia melewati koridor sekolah, banyak siswa yang berlalu lalang. Ada yang sambil ngobrol, bercanda, bahkan ada juga yang bergandengan tangan, membuat para jomblo yang liat langsung iri. 'Ck, rame banget disini, mana berisik lagi. Lebih baik aku mempercepat langkahku," pikir Irsyad yang kurang suka dengan kebisingan. Tanpa ia sadari, seseorang telah mengikutinya dari kejauhan, layaknya seorang penguntit. "Aku penasaran, sebenernya ka Irsyad itu mau kemana sih? Apa jangan-jangan dia mau makan siang bareng pacarnya?! Hohoho... Ini akan jadi berita terheboh dan sensasional.Beruntung aku selalu bawa kamera kesayanganku. Aku akan mengambil gambar dan menyebarkannya. Muehehe," ujarnya penuh semangat berapi-api. Oh, itu dia! Aku ga boleh kehilangan jejaknya."
     Setelah beberapa ruang terlewati, Irsyadpun baru menyadari. 'Aku kok merasa kaya ada yang ngikutin ya?' pikirnya, langsung memeriksa keadaan, namun tidak ada apa-apa. 'Mungkin imajinasiku aja kali' acuhnya melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa menit, iapun sampai di tempat para kakak kelas nakal biasa berkumpul. Ketika ia lewat, mereka menghiraukannya. Namun saat si penguntit akan lewat, mereka menghalangi jalan dan mengganggunya. "Ade... Mau kemana? Mending sama kakak-kakak aja disini. Kita bersenang-senang!" ujar salah satu dari mereka sambil menarik paksa tangannya. "Engga mau! Lepasin aku kak! sakit," pintanya namun tidak digubis, mereka malah semakin menjadi-jadi. "Ayolah! Jangan malu-malu sama kami. Kami ga akan menyakitimu kok" tambah yang lain. "Ja-jangan! Aku mohon lepasin aku!" jeritnya histeris, berbagai perlawana sudah dia lakukan, namun kekuatannya tidak sebanding dengan mereka. 
     Irsyad yang sebentar lagi sampai ke tempat tujuan terpaksa harus balik lagi, lantaran mendengar suara seseorang menjerit. 'Hm? Suara jeritan?! Lebih baik aku periksa. Asal suaranya tidak jauh dari sini,' pikir Irsyad, tanpa basa-basi langsung berlari ke TKP, setelah bekalnya ia taruh di situ. Namun, ketika ia sudah sampai, tidak ada siapa-siapa. 'Sial! Aku ga bisa nemuin letak pastinya' pikir Irsyad frustasi. Tiba-tiba, suara jeritan terdengar lagi. "Lepasin aku! Aku ga mau! Seseorang tolong aku!" suaranya berasal dari gudang. "Disana!" pekiknya dan langsung ke tempat itu, setelah di depan pintu. "BRAAAK..." suara pintu di dobrak, terdengar nyaring. Karena di buka paksa, engselnya rusak parah. Dengan nafas terengah-engah, ia nekad masuk untuk menolong si korban. Setelah ia masuk, "Hei para senior bajingan!" hah...hah... Kalian beraninya cuma sama anak kelas sepuluh doang, mana cewek lagi. Hah...hah... Kalian tuh ga pantes di sebut kakak kelas, tapi lebih pantas disebut sampah." ucapnya sarcasme dan penekanan pada kalimat sampah. 'Haduuh, gini nih kalo aku suka ikut campur urusan orang. Haah, ga ada pilihan lain, mau ga mau aku harus bertarung deh.' ratapnya menyesali tindakan bodoh yang ia lakukan. Tapi ga apa deh, lumayan buat mengusir penat. Kita liat, siapa yang lebih kuat disini,' lanjutnya sambil menjilat bibirnya yang terasa kering. "Aku ladenin kalian. Maju sini serang aku!" provokator Irsyad. Kakak kelas yang engga terima dihina ade kelas, merasa geram dan naik pitam. Akhirnya perkelahianpun dimulai.
     "Rasakan ini. Dasar ade kelas belagu," ujar pimpinan kelompok itu, mengepalkan tinjunya, akan memukul wajah Irsyad, namun dengan mudah ia hindari. "Gerakan yang lambat, terima ini!" balas Irsyad. Pukulan keras telak mengenai perutnya. Dengan sekali pukul, Ia langsung pinsan tak sadarkan diri. "Cih, jadi cuma segitu aja? Padahalkan aku belum serius lho, kakak." ucapnya, pada kalimat akhir, ia mengedipkan mata, genit. Backround bunga-bunga seakan membingkai dirinya, memberikan kesan imut nan manja. Membuat kakak kelas yang tersisa pada pinsan, darah yang keluar dari hidung langsung berceceran dimana-dimana. "Eh? Kok pada pinsan sih? Kan ga seru lagi. Padahalkan aku masih ingin bersenang-senang dengan kalian," sesal Irsyad masih berdiri diantara mereka sampai sebuah suara menyadarkannya. "Ka Irsyad?!" panggil seseorang di sudut ruangan,setelah bisa menghentikan mimisannya. Irsyad yang dipanggilpun menengok ke asal suara. 'Akh! Aku melupakan kehadirannya. Aku harap dia ga ngeliat aku yang lagi mode menggoda. Kalo dia liat, turun sudah citraku dimata adik kelas' pikirnya, tiba-tiba merasa down. "I-iya?" balas Irsyad. "Kakak ga kenapa-napa kan? Apa ada yang luka?" tanya nya terdengar khawatir. "A-aku baik-baik aja kok." ucap Irsyad. Ia lalu berjalan menghampiri sang korban. 
    Saat sudah di depan si korban, ia berjongkok menyesuaikan tinggi korban yang sedang terduduk, kedua tangannya ia satukan hingga terlihat sedang memeluk lutut. "Harusnya aku yang bertanya begitu. Kau baik-baik saja kan?" tanya Irsyad terdengar lembut dan menenangkan. "I-iya. Aku baik-baik aja," jawabnya yakin. "Syukurlah. Ayo kita balik ke kelas! Bentar lagi dah mau masuk" ajak Irsyad mengulurkan tangan. Dengan malu-malu ia meraih tangannya. Irsyad membantunya berdiri, setelah itu mereka keluar gudang dan pergi ke kelas masing-masing.
     Di perjalan, mereka mengobrol. "Maaf ya ka Irsyad, gara-gara aku, kakak ga makan siang. Juga, gara-gara aku, kakak ga istirahat. Aku bener-bener nyesel udah ngerepotin kakak. Sekali lagi aku bener-bener minta maaf," maafnya penuh penyesalan, ia merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi. "Sudahlah. Kamu ga mesti minta maaf, yang harusnya minta maaf itu mereka. Karena mereka udah ngelakuin hal buruk ke kamu. Aku ralat, bukan udah tapi hampir. Kalo masalah makan, aku sebenernya ga terlalu lapar ko. Aku cuma mau menikmati suasana tenang taman belakang sekolah aja. Aku ga merasa direpotin kok. Justru aku senang bisa menolong ade kelas yang lagi butuh pertolongan. Apalagi kalo orangnya cantik kayak kamu, hehehe," ujarnya bercanda. "Mou... Aku ini laki-laki tau!" sanggah dia, merasa kesal, dibilang cantik. "Ahahaha.... Kau imut saat marah" ucap Irsyad, sambil tertawa lepas. Aku tau kok kalau kau itu cowok, jadi ga usah kasih tau lagi. Kau kan adikku yang aku sayang. Jadi, aku tau semua tentangmu" lanjutnya, tak lupa mengusap-usap kepala dia. "Kakak, berhentilah memperlakukan seperti anak kecil. Aku sudah besar tau," protesnya, namun terlihat menikmati perlakuan Irsyad. "Bagiku kau itu masih kecil, dan akan selamanya begitu. Lebih baik kita lari, lima menit lagi pelajaran akan dimulai. Yang kalah, masak makan malam sebagai hukumannya. Sekarang, mulai lari!" ucap Irsyad langsung berlari meninggalkan dia di belakang. "Kak Irsyad kau curang. Baiklah, aku ga akan kalah." ujarnya , mempercepat larinya. Aku duluan ya kakak!" ledek dia saat bisa melewati Irsyad. "Akan ku balap kau Ken! Bersiaplah!" tukas Irsyad. Mereka pun lari berdampingan, hasilnya seri. Tak ada yang kalah ataupun menang, dan mereka pun melanjutkan pelajaran seperti biasa.

Komentar